Inisiatif yang kebablasan
September 10, 2018
Kalau berbicara tentang kompetensi seseorang, entah dalam jabatan apapun, salah satu yang biasanya diharapkan muncul dalam lingkungan kerja adalah kompetensi “initiative”.
Initiative dalam bahasa Inggris mempunyai definisi the ability to assess and initiate things independently atau kemampuan untuk dapat menilai dan menginisiasi suatu hal secara mandiri.
Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) arti inisiatif adalah prakarsa.
Apabila seseorang memiliki anak buah, inisiatif akan sangat berguna dalam memberikan ide, memunculkan aksi baru sesuai dengan ekspektasi yang diharapkan dalam menghasilkan output pekerjaan tertentu atau bahkan menghasilkan aksi lebih dari ekspektasi. Inisiatif biasanya mempunyai maksud yang baik. Namun, beberapa waktu lalu di kantor, saya mengalami kejadian sebaliknya. Inisiatif yang kurang baik - lebih tepatnya seperti judul artikel ini : “Inisiatif yang Kebablasan”.
Kejadiannya berkaitan dengan suatu perintah tertentu yang saya minta kepada salah satu rekan kerja saya. Boleh dibilang rekan kerja saya tersebut lebih kearah anak buah. Saya meminta yang bersangkutan merubah data pekerja sesuai dengan Surat Keputusan yang baru saja diterbitkan di kantor. Didalam Surat Keputusan tersebut terdapat 2 (dua) perubahan, sebut saja Perubahan A dan Perubahan B. Saat itu saya hanya meminta dibantu dirubah data “A” saja. Namun tanpa sepengetahuan saya, ternyata ybs juga melakukan perubahan data “B”.
Saya mengetahui ybs melakukan perubahan data “B”, saat ada salah satu user yang complain langsung ke saya keesokan harinya. Saya kemudian mengkonfirmasi perubahan kedua data kepada anak buah saya tersebut. Ybs mengakui bahwa memang merubah data dimaksud sesuai dengan Surat Keputusan. Saya juga sempat mengkonfirmasi kepada beliau terkait perintah saya sebelumya dimana saya hanya meminta perubahan A yang diterapkan, dan betul perubahan B dilakukan atas inisiatif Ia sendiri.
Saya kemudian menegur apa yang telah anak buah saya lakukan. Kenapa inisiatifnya saya tegur?
Saya juga sebagai atasan punya kesalahan dimana saya tidak langsung kroscek pekerjaan setelahnya. I put trust on her 100%. Ternyata dalam konteks pekerjaan tidak bisa seperti itu. Saya akan membahasnya dari dua sisi. Yang pertama sebagai atasan atau pimpinan tidak boleh lupa terkait fungsi Control. Apabila sudah mendelegasikan pekerjaan, setelah selesai cek kembali pekerjaan yang telah diselesaikan oleh anak buah. Minta laporannya, konfirmasi dan kroscek tugas yang diberikan sudah diselesaikan sesuai dengan instruksi atau belum.
Initiative dalam bahasa Inggris mempunyai definisi the ability to assess and initiate things independently atau kemampuan untuk dapat menilai dan menginisiasi suatu hal secara mandiri.
Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) arti inisiatif adalah prakarsa.
Apabila seseorang memiliki anak buah, inisiatif akan sangat berguna dalam memberikan ide, memunculkan aksi baru sesuai dengan ekspektasi yang diharapkan dalam menghasilkan output pekerjaan tertentu atau bahkan menghasilkan aksi lebih dari ekspektasi. Inisiatif biasanya mempunyai maksud yang baik. Namun, beberapa waktu lalu di kantor, saya mengalami kejadian sebaliknya. Inisiatif yang kurang baik - lebih tepatnya seperti judul artikel ini : “Inisiatif yang Kebablasan”.
Kejadiannya berkaitan dengan suatu perintah tertentu yang saya minta kepada salah satu rekan kerja saya. Boleh dibilang rekan kerja saya tersebut lebih kearah anak buah. Saya meminta yang bersangkutan merubah data pekerja sesuai dengan Surat Keputusan yang baru saja diterbitkan di kantor. Didalam Surat Keputusan tersebut terdapat 2 (dua) perubahan, sebut saja Perubahan A dan Perubahan B. Saat itu saya hanya meminta dibantu dirubah data “A” saja. Namun tanpa sepengetahuan saya, ternyata ybs juga melakukan perubahan data “B”.
Saya mengetahui ybs melakukan perubahan data “B”, saat ada salah satu user yang complain langsung ke saya keesokan harinya. Saya kemudian mengkonfirmasi perubahan kedua data kepada anak buah saya tersebut. Ybs mengakui bahwa memang merubah data dimaksud sesuai dengan Surat Keputusan. Saya juga sempat mengkonfirmasi kepada beliau terkait perintah saya sebelumya dimana saya hanya meminta perubahan A yang diterapkan, dan betul perubahan B dilakukan atas inisiatif Ia sendiri.
Saya kemudian menegur apa yang telah anak buah saya lakukan. Kenapa inisiatifnya saya tegur?
- Ybs tidak mengikuti inistruksi yang saya berikan
- Ybs tidak konfirmasi terlebih dahulu saat melakukan perubahan B
- Ybs tidak melaporkan seluruh perubahan yang dilakukan
- Apa yang ybs lakukan melampaui otoritas atau wewenang yang diberikan
Saya juga sebagai atasan punya kesalahan dimana saya tidak langsung kroscek pekerjaan setelahnya. I put trust on her 100%. Ternyata dalam konteks pekerjaan tidak bisa seperti itu. Saya akan membahasnya dari dua sisi. Yang pertama sebagai atasan atau pimpinan tidak boleh lupa terkait fungsi Control. Apabila sudah mendelegasikan pekerjaan, setelah selesai cek kembali pekerjaan yang telah diselesaikan oleh anak buah. Minta laporannya, konfirmasi dan kroscek tugas yang diberikan sudah diselesaikan sesuai dengan instruksi atau belum.
Sebagai anak buah, sebaiknya ingat terkait dengan otoritas atau batas kewenangan yang telah diberikan atasan. Inisiatif tentu saja boleh, namun sebaiknya sebelum mengeksekusi ide juga melaporkan terlebih dahulu kepada Atasan. Bisa jadi atasan mempunyai pertimbangan tertentu dalam mendelegasikan tugas yang diberikan, dalam hal ini tidak seluruh perubahan dalam Surat Keputusan langsung diberlakukan.
Terakhir ada satu hal yang lebih krusial lagi yang jangan pernah dilakukan khususnya sebagai anak buah yaitu “menggunakan nama atasan” dalam pengambilan keputusan yang idenya muncul dari diri sendiri. Alih-alih mendapatkan pujian yang ada malah mendapatkan teguran besar. Next saya akan bahas lebih detail soal hal tersebut (menggunakan nama atasan untuk menyampaikan ide yang muncul dari kepala sendiri).
Yang pasti kembali lagi ke topik : Inisiatif itu boleh, dengan catatan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab serta mengetahui batasan wewenangnya sampai mana. Jangan sampai inisiatifnya kebablasan”.
Like Victor Hugo said : Initiative is doing the right thing without being told.
Terakhir ada satu hal yang lebih krusial lagi yang jangan pernah dilakukan khususnya sebagai anak buah yaitu “menggunakan nama atasan” dalam pengambilan keputusan yang idenya muncul dari diri sendiri. Alih-alih mendapatkan pujian yang ada malah mendapatkan teguran besar. Next saya akan bahas lebih detail soal hal tersebut (menggunakan nama atasan untuk menyampaikan ide yang muncul dari kepala sendiri).
Yang pasti kembali lagi ke topik : Inisiatif itu boleh, dengan catatan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab serta mengetahui batasan wewenangnya sampai mana. Jangan sampai inisiatifnya kebablasan”.
Like Victor Hugo said : Initiative is doing the right thing without being told.
0 komentar