Being Happy Working Mom

Desember 22, 2019

Selamat Hari Ibu untuk para perempuan hebat 😊

Akhirnya saya sampai di usia yang menyandang status Ibu dari putri cantik bernama Nareswari. Alhamdulillah Allah SWT kasih saya kepercayaan dan rejeki Anak Perempuan di awal bulan Agustus 2019. Kalau buat saya, punya anak itu rasanya “kaya mimpi”. Kadang masih nggak percaya tiap pulang kantor sampai rumah ada bayi kecil yang menyambut dengan senyumnya yang menggemaskan.

Kali ini saya ingin sharing mengenai rasanya jadi Ibu sekaligus wanita karir. Bagaimana caranya jadi “Happy Working Mom” kaya judul buku yang pernah saya baca karangan Aprilina Prastari Gaib. Beberapa minggu sebelum cuti melahirkan berakhir, saya banyak baca buku tentang Ibu bekerja. Dari buku-buku itu kesan pertama yang saya dapat dari seluruh ibu yang bekerja semuanya sama, saat naluri ibu menggebu-gebu rasanya “INGIN RESIGN”. Hahaha...



Kembali bekerja setelah cuti melahirkan rasanya campur aduk. Senang bisa kembali ke kantor dan melanjutkan passion sebagai wanita karir, namun di satu sisi kadang juga kangen sama anak dirumah. Kalau sudah begini biasanya saya lihat foto atau video si kecil yang sudah memenuhi gallery handphone.

Back again, for being “Happy Working Mom” buat saya adalah bagaimana cara menyeimbangkan pikiran, hati dan fokus di tempat saya berada. Kalau di kantor saya berusaha tenggelam dalam kesibukan pekerjaan. Walaupun sekali-sekali saya tetap cek handphone atau menghubungi Ibu saya dirumah (Kebetulan Mama saya yang mengasuh si kecil di rumah). Kebalikannya kalau saya sudah sampai rumah, seringkali sudah tidak sempat pegang handphone. Status untuk pekerjaan saat sampai dirumah benar-benar seperti status WhatsApp : Urgent Calls Only. Paling kalau si kecil tidur cepat, baru bisa menyempatkan diri pegang handphone untuk cek chat yang masuk ataupun social media.

Being “Happy Working Mom” juga artinya meyakinkan diri dengan sepenuh hati bahwa bekerja dan meninggalkan anak untuk sementara waktu adalah bagian dari pilihan hidup yang ujung-ujungnya demi kebaikan si kecil. Kalau buat saya khususnya untuk support financial dan masa depan si kecil kelak. Berbeda dengan Full time mother yang tinggal dirumah seperti saat saya cuti melahirkan. Saya sadar, akan ada masa-masa dimana saya kehilangan moment perkembangan si kecil. Saya selalu salut dengan Ibu yang tinggal dirumah dan dapat membesarkan anaknya seorang diri apalagi tanpa ada pembantu. Penghargaan tertinggi saya berikan untuk para Ibu dirumah.


Ujung-ujungnya, apapun pilihannya : Being “Happy Working Mom” atau Being “Full Time Mother” di hari Ibu ini saya ingin bilang “Yuk Mom kita tetap semangat. Sama-sama berjuang untuk memberikan yang terbaik buat si buah hati”. Kepercayaan yang sudah kita terima sebagai Ibu dari Tuhan Allah SWT mari kita jalankan sepenuh hati. Walaupun kelelahan seringkali menghampiri, namun wajah ceria si kecil dan senyuman tulus yang muncul di wajah mungil, rasanya selalu dapat meluluhkan rasa letih sehari-hari.


You Might Also Like

0 komentar